Nasi Pecel

Wikimedia Commons

Barangkali mungkin karena rambutmu yang beruban
Atau mungkin karena idealismemu yang agak berlebihan
Tentang dunia sekitar; kepercayaan; lingkungan yang kau banggakan
Membuat mereka hormat dan sungkan
Tak peduli dengan usiamu yang masih dua puluhan
Dan walaupun tingkahmu yang kadang masih kekanakan.

Aku pun sebenarnya turut segan
Namun, kuikut saja menyelam ke dalam pertanyaan-pertanyaan
Yang aku tulis seadanya dalam notes merah kecil….ya buku catatan
Kaupun ikut langsung serius kemudian
Bercerita tentang angka, menebak-nebak hitungan
“Wah susah sekali dan tak ada jumlah pasti”, kau ucapkan.

Barangkali mungkin karena kau punya pengetahuan
Atau mungkin karena kau lekat dengan kesederhanaan
Tentang dunia sekitar; kepercayaan; lingkungan yang kau banggakan
Yang membuat aku hormat dan sungkan
Tak peduli kau bilang tak tahu rentang formalnya pendidikan
Dan walaupun kau bilang orang pintar hanya datang ketika ada yang diinginkan.

Aku pun jadi semakin segan.
Sedikit enggan melanjutkan pertanyaan.
Sampai ada si mbok yang lewat di depan,
“Suka nasi pecel?” kau tanyakan
“Tentu, itu makanan favorit saya,” aku jawab kemudian.

“Hahaha, sudah jangan terlalu serius, ayo makan.”
Ah, kuikut saja menyelam, tetap dalam pertanyaan
Kali ini bersama dengan petai cina dan bunga turi, dalam pincuk sarapan.

Denpasar – Sidoarjo

31 Juli 2015.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s